Minggu, 11 Januari 2009














indosiar.com, Brebes - Ini merupakan sentra peternakan itik atau masyarakat disini biasa menyebutnya bebek. Lokasinya di Desa Pakijangan, Kecamatan Bula Kamba, Brebes, Jawa Tengah. Di tempat ini puluhan ribu bebek dipelihara warga setempat, baik untuk diambil dagingnya, maupun dimanfaatkan telurnya menjadi telur asin.

Brebes memang dikenal sebagai pusat penghasil telur asin. Sehingga telur asin menjadi oleh - oleh bagi mereka yang berkunjung ke Brebes. Lokasi peternakan bebek dapat dicapai selama setengah jam perjalanan dari kota Brebes, Jawa Tengah, dengan mengambil arah ke barat, menelusuri jalur Pantura. Sepanjang perjalanan tampak areal persawahan hingga tiba di lokasi.

Desa Pakijangan merupakan pusat peternakan bebek. Didesa ini sedikitnya terdapat dua ratus peternak, dengan puluhan ribu ekor bebek peliharaan. Karena itu bila datang ke desa ini, banyak dijumpai gerombolan bebek yang sedang mencari makan. Melihat begitu banyak bebek berkeliaran, saya jadi tertarik ikut menggiring bebek.

Wah, ternyata asyik juga menggiring bebek. Bila diperhatikan, bebek ini lebih tertib dari pada manusia. Bila berjalan beriringan dengan rapi. Tidak ada yang keluar dari rombongan. Setelah puas menggiring bebek, saya kini ingin menemui pemiliknya. Bebek - bebek ini milik petani yang tergabung dalam kelompok tani ternak itik adem ayem, pimpinan Atmo Suwito.

Beternak bebek tidak sulit, karena hewan ini termasuk kategori penurut. Apalagi bila lokasi peternakannya berada ditepi sungai. Pakan bebekpun mudah didapat. Cukup diberi dedak dengan dicampur hijau - hijauan dan protein ikan.

Pada usia satu setengah bulan seperti ini, anak bebek sangat doyan makan. Karena masih dalam masa pertumbuhan. Bebek mulai bertelur setelah berusia 6 bulan. Masa produktifnya berlangsung hingga berusia dua tahun.

Beternak bebek termasuk menguntungkan. Jika memelihara seribu ekor bebek, setiap harinya dapat diperoleh sekitar tujuh ratus butir telur. Dengan harga telur seribu rupiah per butir, setiap harinya peternak bebek dapat memperoleh pemasukan 700 ribu rupiah.

Selain itu, daging bebek juga banyak diminati. Harga bebek di pasaran, berkisar dua puluh ribu hingga tiga puluh ribu rupiah per ekor. Kebutuhan telur bebek tidak pernah berkurang. Di wilayah Brebes saja setiap tahunnya dibutuhkan sekitar 45 juta butir telur bebek, untuk diolah menjadi telur asin.

Sentra pengolahan telur asin bertebaran di Brebes. Salah satunya milik Pak Udin. Dia telah menekuni usaha pengolahan telor asin sejak dua puluh tahun lalu. Disinilah Pak Udin mengolah telur bebek menjadi telur asin. Prosesnya sederhana. Telur bebek mula -mula disortir berdasarkan kwalitas dan ukurannya. Lalu telur dicuci dan digosok dengan abu.

Setelah bersih, telur dibungkus adonan yang merupakan campuran bata merah, garam dan abu. Telur bebek yang telah dibaluri lalu diperam diruangan khusus selama kurang lebih setengah bulan. Disinilah telur bebek diperam hingga menjadi telur asin.

Setelah diperam, telur bebek kemudian direbus hingga matang. Proses perebusan dilakukan selama enam jam. Setiap kali merebus, minimal seribu butir telur. Telur asin yang telah matang kemudian dibawa ke tempat pemasaran, dikios oleh - oleh yang bertebaran di sepanjang jalur Pantura. Dikios ini dapat dijumpai berbagai macam telur asin. Mulai dari telur asin rebus, hingga telur asin bakar.

Telur asin Brebes memang terkenal enak dimakan. Selain lebih gurih, rasanya juga tidak terlalu asin. Bila ingin lebih awet dapat memilih telur asin baker. Yang bisa bertahan hingga setengah bulan.(Helmi















Peternak Ayam Lokal Hentikan Vaksinasi Unggas
Senin, 5 Januari 2009 | 17:36 WIB

RATUSAN peternak ayam anggota Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia menghentikan vaksinasi virus flu burung sejak Januari 2009 ini.

”Pemberian vaksin antiflu burung bagi ayam lokal sia-sia sehingga lebih baik dihentikan,” demikian dikatakan Ketua Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (Himpuli) Ade M Zulkarnain, Minggu (4/1) di Sukabumi. Dia mengusulkan, dana pembelian vaksin lebih baik untuk biosecurity dan restrukturisasi peternakan unggas sektor empat atau peternakan rakyat.

Penelitian uji lapangan H5N1 terhadap ayam lokal dilakukan pertama kali di dunia oleh lembaga Belanda, Wageningen UR, melalui lembaga swadaya masyarakat Civas di Sukabumi pada Juni 2006-Juni 2008.

Direktur Civas Albertus Mulyono mengatakan, penelitian dilakukan pada peternakan semiintensif ayam lokal dan pada peternakan tanpa pemeliharaan. Hasil penelitian pada peternakan backyard dan semiintensif adalah tingkat kekebalan tubuh ayam lokal amat rendah dan termasuk rendah.

”Dari penelitian, kami bisa menyimpulkan, vaksinasi pada ayam lokal tidak signifikan meningkatkan titer antibodi terhadap flu burung,” kata Mulyono. Vaksinasi dikatakan berhasil kalau bisa meningkatkan titer antibodi terhadap virus. Dari hasil penelitian itu, Civas merekomendasikan kepada pemerintah agar mengkaji ulang program vaksinasi.

Pelaksana Harian Direktur Kesehatan Hewan Departemen Pertanian Djajadi Gunawan tidak mengangkat telepon saat dihubungi dan tak membalas pesan singkat (SMS).

FBPI mendukung

Koordinator Bidang Perencanaan dan Pengembangan Komite Nasional Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza (Komnas FBPI) Muladno mendukung FBPI. ”Secara akademis, langkah para peternak itu seharusnya diikuti kalangan lain,” katanya.

Muladno mengatakan, meski menuai protes sejak awal, ”Namun, oleh yang setuju, penggunaan vaksin terus didorong. Dengan banyaknya jenis vaksin, maka menjadi semacam bisnis. Akhirnya, dana yang dikeluarkan amat banyak, tetapi pengendalian flu burung tidak berhasil.”

Civas akan melakukan penelitian lanjutan di peternakan semiintensif. ”Penelitian yang dilakukan hanya 70 hari selama ayam dipanen. Kami ingin penelitian tak terbatas setelah panen, sekitar satu tahun,” katanya. (aha)